Suara
jangkrik, kodok, maupun burung yang berkicau adalah musik terbaik yang
bisa kita dengar. Capung beterbangan, dan kunang-kunang yang berkelap-kelip
saat malam adalah pemandangan yang akan membuat kita tersenyum dengan
mata. Namun di kota, kedua hal itu lebih sering menjadi barang langka.
Kedua pemandangan ini jauh lebih mudah kita temukan di kehidupan desa.
Desa memang
tak menawarkan kehidupan yang serba lengkap seperti di perkotaan. Lapangan
kerja yang terbatas, listrik yang belum merata distribusinya, sinyal HP
pun mati-nyala. Namun kehidupan desa yang sederhana itu justru bisa
membuat diri kita begitu merindu. Entah kamu memang besar di desa atau
sempat tinggal di sana sebentar saat dewasa – karena KKN misalnya
– kehidupan desa memang begitu kaya, di balik segala keterbatasannya
1. Bangun pagi di
desa adalah rahmat tak terkira. Yang akan menyapamu bukan pemandangan motor
atau debu, namun udara bersih dan aroma pepohonan yang basah oleh embun
Di desa, oksigen segar di
pagi hari selalu tersedia. Tak harus pasang air purifier atau pemurni udara
di rumah kita. Dari jendela, udara segar yang bercampur bau pepohonan
maupun tanah lembab akan menyeruak dan menggelitik bulu-bulu halus di rongga
hidung, sebelum akhirnya memenuhi rongga paru-paru, menggantikan karbon
dioksida, lalu beredar dan mengalir bersama aliran darah. Oksigen segar ini
tersedia melimpah tanpa adanya campur tangan polusi dari asap kendaraan. Setiap
hari, secara alami.
2.
Hidup tak habis untuk berpikir mau makan di mana. Tak perlu
pula khawatir tentang boraks atau pestisida. Cukup makan kesegaran yang
disajikan bumi, setiap hari
Mereka sangat jarang, atau bahkan tak pernah menyantap makanan
yang melewati proses pengawetan maupun pengalengan. Bahkan seringkali
orang-orang desa membeli sayuran segar langsung dari para petani.
Jika ingin
makan ayam, mereka tinggal menangkap dan memotong ayam kampung yang ada di
kandang. Ayam kampung jauh lebih sehat daripada ayam broiler karena mengandung
lemak yang rendah. Jika ingin menyantap ikan, mereka tinggal memancing di
kolam maupun sungai. Tak perlu khawatir akan bahaya formalin!
3.
Di desa, keluargamu bukan hanya adik, kakak, dan
ayah-ibu. Ada tetangga dekat maupun jauh yang siap membantu dan
mengasuhmu
Bergotong royong, kerja bakti, saling membantu sesama adalah hal yang
biasa dilakukan oleh masyarakat pedesaan. Hampir-hampir tak ada jarak yang
memisahkan antara satu orang dengan yang lainnya. Kedekatan inilah yang membuat
warga desa menjadi layaknya seperti keluarga sendiri.
Di desa, sering pula kita menemukan bahwa mereka yang rumahnya
berdekatan memang benar-benar bersaudara sedarah. Jika kita yang tinggal di
kota biasanya bertemu sepupu hanya setahun sekali saat hari raya, mereka
yang tinggal di desa bisa bertemu seminggu sekali atau bahkan setiap
hari. Kecanggungan yang biasanya ada di antara saudara jauh saat reuni
trah atau hari raya? Para penduduk desa tidak merasakannya.
4.
Di kota, anak-anak bersekolah dari pagi sampai larut petang. Di
desa, sekolah berlangsung 24 jam — karena pendidikan yang sebenarnya tak hanya
berlangsung di ruang kelas saja
Kerapkali kita melihat anak-anak di kota disibukkan
dengan seabrek kegiatan. Mulai dari sekolah, les bahasa asing, kursus musik,
sampai latihan renang dilakukan. Tak ada salahnya memang, karena orangtua ingin
agar anak-anaknya bisa memiliki prestasi di berbagai bidang. Banyak anak pun
akan belajar di sekolah dari pagi hingga siang, lalu dilanjutkan dengan
kegiatan ekstra hingga larut petang.
Tapi di desa, pendidikan seorang
anak berlangsung 24 jam. Mulai dari subuh hari kamu sudah harus bersih-bersih rumah.
Jika punya kandang, kamu harus memastikan bahwa kandangmu sehat untuk binatang
ternakmu. Mandi sebentar, lalu pergi ke sekolah. Jika pulang siang hari,
wajib membantu ayah-ibu yang mungkin sedang sibuk di ladang atau pasar. Saat
sore mengaji di surau hingga maghrib. Ini semua, bagi masyarakat desa, adalah
“sekolah”. Pendidikan tak seharusnya terhenti di dalam kelas dan di atas
kertas-kertas, tapi juga harus membuat anak mengerti tentang kehidupan itu
sendiri
5.
Di kota, kita membayar mahal untuk tempat tinggal dan ruang
aktivitas yang tenang. Di desa, jiwa dan pikiran yang damai adalah
hal yang begitu mudah didapatkan.
Berbeda dengan kita yang hidup di kota, seringkali kita
dipusingkan dengan suara bising kendaraan bermotor, kereta, maupun hiruk pikuk
orang yang berlalu lalang.
Meskipun
suara bising kerap terdengar, itu-pun tak sampai mengganggu
aktivitas masyarakat. Yang paling sering terdengar mungkin hanyalah
suara kokok ayam jantan di pagi hari yang merupakan alarm alami yang
memang ditugaskan untuk mereka agar bergegas bangun dan melakukan pekerjaan.
Karena ketenangan ini-lah yang membuat warga desa jarang yang terserang stress
dan penyakit serius.